Kamis, 17 Februari 2011

interaksi sosial dan pelapisan sosial

blog pa': WORLD SAINS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal – hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material dari pada kehormatan, misalnya, mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggiapabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala tersebut lah yang menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan perbedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda – beda secara vertical.
Pada zaman kuno dahulu, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam Negara terdapat 3 unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah – tengahnya. Ucapan deminkian sedikit banyak dapat membuktikan bahwa di zaman itu dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat – tingkat dari bawah ke atas.
Seistem dalam lapisan masyarakt, dalam sosialogi dikenal dengan Social Stratification. Kata Stratification berasal dari stratum ( jamaknya: strata yang berarti lapisan. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa Social Stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas – kelas tinggi dan kelas yang rendah.
Bentuk – bentuk kongkrik lapisan sangat banyak. Tetapi secara prinsipil bentuk – bentuk lapisann masyrakat tersebut dapat di klasifikaskan kedalam tiga macam kelas, yaitu kelas ekonomis, politis dan yang didasarkan pada jabatan – jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya 3 hal tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya, dimana terjadi saling pengaruh – mempengaruhi.
2. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Kelas – Kelas Dalam Masyarakat (Social Classes).
2) Menjelaskan tentang Dasar Lapisan Masyarakat.
3) Menjelaskan tentang Unsur – Unsur Lapisan Masyarakat.
4) Menjelaskan Lapisan Yang Di Sengaja.
5) Dan menjelaskan Mobilitas sosial (social mobility).
3. Kegunaan Penulisan
1) Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan mengenai kelas – kelas dalam masyarakat, dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, lapisan yang di sengaja dan mobilitas sosial.
2) Bagi pembaca
Menambah pengetahuan mengenai kelas – kelas dalam masyarakat, dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, lapisan yang di sengaja dan mobilitas sosial.
3) Bagi mahasiswa
Sebagai pengganti ujian tengah semester Mata Kuliah Umum Ilmu Sosial Budaya Dasar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelas – Kelas Dalam Masyarakat (Social Classes)
Dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Penjumlahan kelas – kelas dalam masyarakat di sebut Class system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan di akui oleh masyarakat umum. Dengan demikian pengertian kelas adalah parallel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasra lapisan itu factor uang, tanah , kekuasaan atau dasar yang lainnya.
Adapula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsure ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Selanjutnya di katakana bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber mengadakan perbedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosialakan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat kelas ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Di samping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand.
Pada beberapa masyarakat di dunia, terdapat kelas – kelas yang tegas sekali. Karena orang – orang dari kelas tersebut memperoleh sejumlah hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat seperti itu sering kali mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh susunan lapisan dalam masyarakat. Misalnya di Inggris, ada istilah – istilah tertentu seperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan.
B. Dasar Lapisan Masyarakat
Di antara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk mengolong – golongkan anggota – anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut :
a) Ukuran kekayaan. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara – caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang di pakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang – barang mahal dan seterusnya.
b) Ukuran kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
c) Ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak di jumpati pada masyarakat tradisional.
d) Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat – akibat yang negatif.
Ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif, karena masih ada ukuran – ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran – ukuran tersebut amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan alam masyarakat tetentu. Pada beberapa masyarakat tradisionaldi indonesia, golongan pembuka tanahlah yang dianggap menduduki lapisan tertinggi. Misalnya di jawa, kerabat dan keturunan pembuka tanahlah yang dianggap masyarakat desa sebagai kelas tertinggi.
C. Unsur – Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalm teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan adalah unsur – unsur baku dalam sistem lapisan, mampunyai arti yang penting bagi sistem sosial.
1) Kedudukan (status)
Kadang – kadang di bedakan antara pengertian kedudukan (status), dengan kedudukan sosial (status sosial). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak – hak serta kewajiban – kewajibannya.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam kedudukan yaitu:
a) Ascribed – Status, kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan - perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan itu di dapat karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.
b) Achieved – Status, kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha – usaha yang di sengaja. Kedudukan ini tidak di peroleh atas dasar kelahiran. Tetapi bersifat terbuka bagi siapa sajatergantung dari kemampuan masing – masing dalam mengejar serta mencapai cita – cita.
c) Assigned status, kedudukan suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebetuhan dan kepentingan masyarakat.
2) Peranan (role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya, tak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung dengan yang laindan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social –position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
D. Lapisan Yang Di Sengaja
Menurut Barnard, sistem pembagian kedudukan pada pokoknya di perlukan secara mutlak, agar organisasi dapat bergera secara teratur untuk mencapai tujuan yang di niatkan oleh para penciptanya. Tetapi sistem itu sendiri pada hakikatnya mengandung benih – benih yang dapat merusak organisasi.
Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan – perbedaan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan individual yang mencakup hal – hal sebagai berikut :
a) Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dan diakiu oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memilki kebutuhan tertentu.
b) Perbedaan – perbedaan yang menyangkut kesukaran – kesukaran untuk melakukan bermacam – macam jenis pekerjaan.
c) Perbedaan kepentingan masing – masing pekerjaan. Suatu dalam organisasi formal tergantung pula dari kemampuan khusus untuk mengerjakan jenis – jenis pekerjaan yang penting.
d) Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi.
e) Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang.
Pada sistem lapisan yang disengaja dibentuk terdapat berbagai cara untuk menentukan atau menetapkan kedudukan seseorang.
E. Mobilitas Sosial (Social Mobility)
a) Pengertian umum dan jenis – jenis gerak sosial
Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial (sosial structure) yaitu pola – pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat – sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Tipe –tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal atau vertikal. Gerak sosial horizontal merupakn peralihan individu atau obyek – obyek yang sederajat.
Gerak sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat
b) Tujuan penelitian gerak sosial
Para sosiolog meneliti gerak sosial untuk mendapatkan keterangan – keterangan perihal keteraturan dan keluwesan struktur sosial. Para sosiolog mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitan – kesulitan yang secara relatif dialami oleh individu dan kelompok sosial dalm mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh masyarakat dan yang merupakan obyek dari suatu persaingan.
F. Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat
Manusia pada umumnya bercita – cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat. Akan tetapi cita – cita tersebut selalu akan tertubruk pada kenyataan yang berlainan. Setiap mayarakat harus menempatkan individu – individu pada tempat – tempat tertentu dalam struktur sosial yang mendotong mereka untuk melaksanakan kewajiban sebagai akibat penempatan tersebut.
Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan – kemapuannya dan seterusnya, maka persoalannya tak akan terlalu sulit untuk dilaksanakan. Pentingnya kedudukan dan peranan tidak selalu sama. Maka tak dapat dihindarkanbahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar individumau melaksanakan kewajiban – kewajibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.


BAB III
KESIMPULAN
Maka dari penjelasan diatas dapat ditari kesimpulan :
a. Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang di hargainya, maka barabg sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat itu.
b. Sistem lapisan masyatakat dalam sosiologi dikenal dengan istilah sosial stratification yang merupakan pembedaan penduduk dalam masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat.



DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, Effendi.2006.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta :Kencana.
Soekanto, Soejono.1982.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.